FAKTOR RISIKO YANG MEMPENGARUHI PRE EKLAMPSIA KEHAMILAN PADA IBU POST PARTUM DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA TAHUN 2009-2010



0 komentar
Oleh :
PINGKY DEFITA LUCIANA
090105131




PROGRAM STUDI DIII ILMU KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN 'AISYIYAH
YOGYAKARTA
2011
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pelayanan obstetri, selain Angka Kematian Maternal (AKM) terdapat Angka Kematian Perinatal (AKP) yang dapat digunakan sebagai parameter keberhasilan pelayanan. Keberhasilan menurunkan Angka Kematian Maternal (AKM) di negara-negara maju saat ini menganggap Angka Kematian Perinatal (AKP) merupakan parameter yang lebih baik dan lebih peka untuk menilai kualitas pelayanan kebidanan (Sudhaberata, 2001). Kematian Ibu dan Angka Kematian Perinatal di Indonesia masih sangat tinggi. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (2002-2003) Angka kematian ibu adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan target yang ingin dicapai oleh pemerintah pada tahun 2010 sebesar 125/100.000 kelahiran hidup angka tersebut masih tergolong tinggi.
Yang menjadi sebab utama kematian ibu di Indonesia di samping perdarahan adalah pre-eklampsia atau eklampsia dan penyebab kematian perinatal yang tinggi. Pre-eklampsi ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan proteinuria yang timbul karena kehamilan, penyebabnya belum diketahui. Pada kondisi berat pre-eklamsia dapat menjadi eklampsia dengan penambahan gejala kejang-kejang.
Menurut WHO terdapat sekitar 585.000 ibu meninggal per tahun saat hamil atau bersalin dan 58,1% diantaranya dikarenakan oleh pre eklampsia dan eklampsia (Manuaba, 2007:6). Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia merupakan yang tertinggi di antaranya negara ASEAN, yaitu 248 per 100 ribu kelahiran. Penyebab langsung kematian ibu disebabkan oleh perdarahan (28%), pre eklampsia (24%), infeksi (11%), komplikasi (8%), partus lama (5%), trauma obstetrik (5%), emboli obstetrik (3%). Sedangkan di Daerah Istimewa Yogyakarta angka kematian ibu, yaitu 150 per 100.000 kelahiran hidup (Grehenson, 2008).
Berdasarkan Laporan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003 angka kematian ibu sebesar 307 kematian per 100.000 kelahiran hidup (BPS, 2003). Insiden pre eklampsia di Indonesia diperkirakan 3,4 persen – 8,5 persen, di RSU Hasan Sadikin Bandung sebesar 6,4 persen, RSU Palembang sebesar 5,1 persen, dan di RSU Dr. Sardjito Yogyakarta sebesar 3,63 persen (Suroso, 2003). Angka kejadian pre eklampsia di RSU Tarakan sebesar 3,26 persen (Sudhaberata,2001), di RSUD Dr. Pirngadi Medan sebesar 4,65 persen (Simanjuntak, 2000), RS pendidikan di Makasar sebesar 2,61 persen (Rambulangi, 2003), dan di RS Sanglah Denpasar sebesar 1,21% (Armanza, 2005).
Pemerintah Indonesia telah mencanangkan Making Pregnancy Safer (MPS) yang merupakan bagian dari Safe Motherhood, yang bertujuan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) dengan pelaksanaan sesuai dengan tiga kunci MPS, yaitu : (1) Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih, (2) Setiap komplikasi obstetrik dan neonatal mendapat pelayanan yang akurat, (3) Setiap wanita subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran (Depkes RI, 2003).
Indikator keberhasilan derajat kesehatan adalah dengan melihat Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2003, Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian bayi (AKB) yaitu 35 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan AKI di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada tahun 2003 sebanyak 110 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes. Propinsi DIY, 2004).
Ada beberapa penyakit ibu yang dapat meningkatakan resiko terjadinya pre eklampsia, yaitu riwayat pre eklampsia, hipertensi kronis, diabetes mellitus, ginjal kronis dan hioperplasentosis (mola hidatidosa, kehamilan multipel, bayi besar) (Prawirohardjo, 2008:532). Memperpanjang kehamilan untuk mencapai maturitas janin dapat dilakukan sepanjang perburukan keadaan tersebut tidak terjadi. Dapat dilaksanakannya surveilan keadaan ibu dan janin, sehingga gejala dan tanda timbulnya komplikasi dapat dikenali secara dini (Siswihanto, 2007). Dengan demikian salah satu syarat terpenting dalam merawat pasien pre eklampsia adalah salah satunya menurut Siswishanto (2007), manajemen pre eklampsia dapat bervariasi dalam pelaksanaannya tergantung dari derajat penyakit dan maturitas janin. Terminasi kehamilan sebaiknya dilakukan apabila terjadi perburukan keadaan: tekanan darah yang tidak terkontrol, gejala neurologik yang berat, gangguan ginjal atau hati yang progresif, trombositopenia berat yang progresif atau gawat janin.
Adanya dukungan dan fasilitas yang baik dari pemerintah, maka di negara maju telah berhasil menekan morbiditas dan mortalitas ibu. Akan tetapi, secara global karena terbatasnya teknologi serta fasilitas perawatn perinatal menyebabkan bahaya sindroma ini tetap tinggi. Di samping itu juga pengertian masyarakat terhadap sindroma pre eklampsia dan eklampsia masih terbatas serta terapi dan penanganannya sangat kompleks (Saifuddin, 2006:5).
Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta menggalakkan Antenatal Care secara teratur oleh tenaga kesehatan yang profesional, meliputi pemeriksaan kehamilan sesuai dengan standar pelayanan yaitu minimal 4 kali pemeriksaan kehamilan, 1 kali pada trimester I, 2 kali pada trimester II, 3 kali pada trimester III. Dengan pemeriksaan ANC secara teratur diharapkan risiko tinggi ibu hamil yang terkena pre eklampsia dapat di deteksi sedini mungkin, sehingga diharapkan dapat menekan angka kematian ibu dan ibu hamil dapat merawat dirinya selama hamil untuk mempersiapkan persalinannya (Amirudin dan Wahyudin, 2006).
Pada kasus diatas peneliti mengambil salah satu ayat dari al-Qur’an yang membahas tentang penyakit, karena pre eklampsia adalah suatu penyakit yang dialami oleh ibu hamil. Allah telah berfirman di Al-Qur’an. Ayat tersebut berbunyi :
“وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ”
“Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku), Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua Penyayang"”. (QS. Al-Anbiya 21 : 83).




B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka rumusan masalah yang harus peneliti jawab adalah “Faktor-faktor risiko apa sajakah yang mempengaruhi pre eklampsia kehamilan pada ibu post partum di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2009-2010?”.


C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya faktor-faktor resiko yang mempengaruhi pre eklampsia kehamilan pada ibu post partum di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2009-2010.

2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya rata-rata pre eklampsia kehamilan pada ibu post partum di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta 2009-2010.
b. Diketahuinya rata-rata masing-masing faktor resiko yang mempengaruhi pre eklampsia kehamilan pada ibu post partum di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2009-2010.




D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Dapat dapat dijadikan sebagai pengembangan penelitian yang berkaitan dengan ilmu kebidanan untuk meningkatkan nilai akreditasi bagi pendidikan. Juga untuk disampaikan pada mahasiswa kebidanan tentang karakteristik dari ibu hamil sebagai faktor risiko menjadi pre eklampsia.
2. Rumah Sakit
Memberikan masukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan terutama dalam pengembangan program penyuluhan pada kasus tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian pre eklampsia.
3. Bagi bidan di Rumah Sakit
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pelayanan kebidanan dalam upaya mencegah terjadinya pre eklampsia menurut karakteristik ibu.
4. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi pengetahuan tentang pre eklampsia, mengenai faktor-faktor resiko yang mempengaruhi pre eklampsia, sehingga dapat mengupayakan penangannya dengan melakukan pemeriksaan kehamilannya.





E. Ruang Lingkup
1. Lingkup Materi
Dibatasi pada materi tentang karakteristik ibu hamil yang mengalami pre eklampsia, karena perbedaan karakteristik ibu hamil akan berdampak pada perbedaan kejadian pre eklampsia yang dialami ibu hamil.
2. Lingkup Data
Data dalam penelitian ini adalah data rekam medis dari ibu post partum dengan pre eklampsia kehamilan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada tahun 2009-2010.
3. Lingkup Tempat
Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Karena rumah sakit ini adalah rumah sakit rujukan dari pelayanan kesehatan di Yogyakarta.
4. Lingkup Waktu
Proposal peneitian ini direncanakan dimulai pada bulan Maret 2011, pengumpulan data pada bulan Agustus 2011 (time schedule terlampir).

F. Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai pre eklampsia pernah dilakukan oleh Indriati (2009) dengan judul “Hubungan Kejadian Pre eklampsia Pada Ibu Hamil Dengan Berat Badan Lahir Rendah Di RS PKU Muhammadiyah Bantul Tahun 2004”. Jenis penelitiannya ialah studi korelasi. Penelitian tersebut menggunakan survei analitik retrospektif dan menggunakan uji statistik Chi Square. Teknik Sampling yang digunakan adalah teknik aksidental.
Penelitian mengenai pre eklampsia juga dilakukan oleh Mastura dengan judul “Hubungan Usia Ibu Hamil Dengan Kejadian Pre eklampsia di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2004”. Penelitian tersebut menggunakan desain penelitian observasional, dengan pendekatan waktu retrospektif. Uji statistik yang digunakan adalah rumus Kendal Tau, dengan taraf kesalahan 5%. Teknik sampling yang digunakan yaitu teknik sampling jenuh.
Penelitian oleh Ayu Ristyarina Saraswati (2008) yang berjudul “Hubungan Paritas dengan Kejadian Pre eklampsia Pada Ibu Bersalin Di RSUD Wates Kulonprogo Tahun 2007”. Metode penelitian menggunakan retrospektif, teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Uji statistik yang digunakan yaitu Kendal Tau.
Untuk persamaan dari ketiga penelitian sebelumnya dengan penelitian sekarang adalah topik yang digunakan. Sedangkan untuk perbedaan terletak pada variabel penelitian yang digunakan. Pada tiga penelitian sebelumnya menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Sedangkan pada penelitian ini menggunakan variabel tunggal. Pada penelitian ini menggunakan analisa deskriptif dan pendekatan waktu retrospektif.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pengertian Pre Eklampsia
Pre eklampsia adalah terjadinya spasme pembuluh darah arteriol menuju organ penting dalam tubuh yang dapat menyebabkan pembentukan badan keton dan asidosis, gangguan peredaran darah yang menimbulkan gangguan pertukaran nutrisi, CO2 dan O2 yang menyebabkan asfiksia sampai kematian janin (Manuaba, 2007:240).
Pre eklampsia adalah sindroma yang spesifik dalam kehamilan yang menyebabkan perfusi darah ke organ berkurang karena adanya vasopasmus dan menurunkannya aktivitas sel endotel. Proteinuria merupakan tanda yang penting dari pre eklampsia. Disebut pre eklampsia jika dalam 4 jam 30 mg atau lebih protein atau menetap 30 mg dengan dipstick pada contoh urin yang diambil secara acak. Sedangkan menurut Rilantono (2004:214) Pre eklampsia ialah hipertensi yang terjadi pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu yang disertai proteinuria, edema, kenaikan tekanan darah sistolik 30 mmHg atau lebih, kenaikan tekanan darah diastolic 15 mmHg atau lebih. Dapat juga dengan criteria tekanan darah sistolik lebih tinggi atau sama dengan 90 mmHg.
Berdasarkan pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pre eklampsia adalah suatu kelainan pada kehamilan lebih dari 20 minggu dengan kenaikan tekanan darah sistolik 30 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik 15 mmHg atau lebih dengan disertai proteinuria.
2. Faktor Resiko Pre Eklampsia
Faktor resiko terjadinya pre eklampsia pada ibu hamil antara lain:
1) Status Reproduksi
Status reproduksi yang meningkat terjadinya pre eklampsia pada ibu hamil diantaranya usia dan paritas. Umur ibu mempengaruhi terjadinya pre eklampsia. Makin tinggi umur nulipara resikonya semakin tinggi pula, dengan bertambahnya usia akan menunjukkan peningkatan insiden hipertensi kronis dalam menghadapi resiko yang lebih besar untuk menderita pre eklampsia karena kehamilan. Jadi wanita yang berusia pada awal atau akhir usia reproduksi (kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun) rentan untuk terjadinya pre eklampsia (Cuningham, 2002).
Pada penelitian yang pernah dilakukan Benny Karuniawati (2007) dengan judul Faktor Risiko Umur Ibu Hamil Terhadap Kejadian Pre Eklampsia-Eklampsia Di Rsud Wates Kabupaten Kulon Progo Tahun 2006 yang mendapatkan hasil hasil pengumpulan data selama penelitian ini yang berlangsung tanggal 20-22 Februari tahun 2007, diambil data tahun 2006 sebanyak 1.234 persalinan di RSUD Wates Kabupaten Kulon Progo yang diambil secara purposive sampling, dan didapatkan insiden pre eklampsia-eklampsia sebanyak 57 kasus yaitu sebesar 4,62%, sedangkan data pre eklampsia-eklampsia tahun 2004 sebesar 6,74% dari 904 persalinan dan tahun 2005 sebesar 8,65% sehingga terjadi penurunan yang sangat mencolok yaitu sebesar 4,03%.
Pada nulipara frekuensi pre eklampsia lebih tinggi bila dibandingkan dengan multipara, terutama nulipara muda. Pengaruh paritas sangat besar karena hampir 20% nulipara menderita hipertensi sebelum, selama bersalin, atau masa nifas dari pada multipara kemungkinan karena terpapar villi khorialis untuk pertama kalinya. Pada ibu-ibu primi muda sering terjadi penyakit-penyakit pada kehamilan dan persalinan, sehingga meningkatkan resiko terjadinya hambatan pertumbuhan janin dalam kandungan (Cuningham, 2002).
Hal ini juga disebutkan pada penelitian oleh Ayu Ristyarina (2008) yang berjudul Hubungan Paritas dengan Kejadian Pre Eklampsia Pada Ibu Bersalin Di RSUD Wates Kulonprogo Tahun 2007 dengan hasil adalah ada hubungan antara paritas dengan kejadian pre eklampsia pada ibu bersalin.

2) Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang meningkatkan terjadinya pre eklampsia yaitu riwayat hipertensi dan riwayat pre eklampsia. Wanita yang mengalami pre eklampsia pada kehamilan pertama akan meningkat mendapatkan pre eklampsia pada kehamilan berikutnya. Odeger dkk di Norwegia menemukan resiko 13,1% pada kehamilan kedua bila dengan partner yang sama dan resiko sebesar 11,8% jika berganti pasangan. Matello mengatakan kejadian pre eklampsia akan meningkat pada kehamilan kedua bila ada kehamilan dengan jarak anak yang terlalu jauh. Cincotta menemukan bahwa bila dalam keluarga ada riwayat pernah pre eklampsia maka kemungkinan mendapat pre eklampsia pada primigravida tersebut akan meningkat empat kali (Karkata, 2006).
3) Distensi Rahim Berlebih
Pada kehamilan kembar dan mola hidatidosa lebih besar kemungkinan terjadi pre eklampsia. Pembentukan antibodi pembentuk terdapat tempat-tempat bersifat antigen pada plasenta terganggu atau bila lokasi antigenik pada plasenta sangat luas bila dibandingkan dengn jumlah antibodi dan terpaparnya villi khoroalis yang terdapat dalam jumlah berlimpah. Hipertensi yang diperberat karena kehamilan banyak pada kehamilan multifetus. Hipertensi timbul lebih awal atau berat, serangan pre eklampsia yang terjadi sebagian ditemukan pada sebelum kehamilan 37 minggu (70% kehamilan kembar). Pada janin tunggal pre eklampsia sering terjadi pada nulipara daripada multipara, tetapi pada kehamilan multifetus tidak demikian (Cuningham, 2002).


3. Klasifikasi Pre Eklampsia
Menurut Manuaba (2007: 242), pre eklampsia di golongkan ke dalam pre eklampsia ringan dan pre eklampsia berat dengan gejala dan tanda di bawah ini:

1) Pre eklampsia ringan
a. Tekanan darah sistolik 140 mmHg atau kenaikan 30 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam
b. Tekanan darah diastolic 90 mmHg atau kenaikan 15 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam
c. Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam seminggu
d. Proteinuria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif plus 1 sampai 2 pada urin kateter atau urin aliran pertengahan.
2) Pre eklampsia berat
a. Tekanan darah 160/110 mmHg
b. Oliguria yaitu produksi urin < 400 cc/24 jam c. Proteinuria > 3 gr/liter.
d. Keluhan subjektif diantaranya nyeri epigastrum atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen, gangguan penglihatan, nyeri kepala, gangguan kesadarn, oedem paru dan sianosis
e. Pemeriksaan diperoleh kadar enzim hati meningkat disertai ikterus, perdarahan pada retina, trombosit <100.000/mm.


4. Komplikasi pada pre eklampsia
Menurut Prawirohardjo (2006:296), komplikasi terberat adalah kematian ibu dan janin. Komplikasi yang biasanya terjadi pada pre eklampsia berat dan eklampsia, yaitu:
a. Solusio plasenta
Komplikasi ini terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada pre eklampsia.
b. Hipofibrinogenemia
Dianjurkan untuk memeriksakan kadar fibrinogen secara berkala.
c. Hemolisis
Kejadian trombositopenia pada pre eklampsia dan eklampsia dapat terjadi bersamaan dengan rusaknya eritrosit yang ditandai dengan hemolisis, skhizositosis, sferositosis, hemoglobulinemia. Kerusakan ini akibat hemolisis mikro-angiopati. Pada bebrapa penelitian, baik manusia maupun hewan dilaporkan akibat vasospasme yang hebat, menyebabkan kerusakan endotel dengan adherensi platelet dan penumpukan fibrin (Syukri dan Pranawa, 2000:33)
d. Perdarahan otak
Saat hamil, perfusi serebral tidak berubah, namun pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah otak, penurunan perfusi dan suplai oksigen otak sampai 20%. Spasme menyebabkan hipertensi serebral, factor penting terjadinya perdarahn otak dan kejang atau pre eklampsia.
e. Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yag berlangsung sampai seminggu.

5. Pencegahan Pre Eklampsia
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-tanda dini pre eklampsia. Selain itu, kita juga harus waspada akan timbulnya pre eklampsia dengan adanya factor-fektor predisposisi. Walaupun timbulnya pre eklampsia tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun frekuensinya dapat dikurangi dengan pemberian penerangan secukupnya dan pelaksanaan pengawasan yang baik pada wanita hamil.
Penerangan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan. Istiirahat tidak selalu berarti berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi, dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring. Diet tinggi protein, dan rendah lemak, karbohidrat, garam dan penambahan berat badan yang tidak berlebihan perlu dianjurkan.
Pada dalil surah Al-Fatihah juga menyebutkan tentang penyakit, yang berbunyi :
“عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ بْنِ عُمَيْرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي فَاتِحَةِ الْكِتَابِ شِفَاءٌ مِنْ كُلِّ دَاءٍ “
Dari Abdul Malik bin Umair berkata, Rasulullah SAW bersabda : Dalam Surat Al-Fatihah terdapat obat setiap penyakit. (Sunan Ad-Darimi, Hadits No. 3236). Dimaksudkan bahwa setiap manusia harus mencegah dan mengobati penyakit.





6. Penanganan Pre Eklampsia
Menurut YBP-SP (2001-211) ada beberapa penanganan pre eklampsia ringan dan berat yaitu:
1) Pre eklampsia ringan
Kehamilan kurang dari 37 minggu, dan tidak ada tanda-tanda perbaikan. Maka lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan, meliputi:
a. Pantau tekanan darah, proteinuria, refleks, dan kondisi janin
b. Lebih banyak istirahat
c. Diet biasa (tidak perlu diet rendah garam)
d. Tidak perlu diberi obat-obatan
Jika rawat jalan tidak memungkinkan, rawta di rumah sakit:
a. Pantau tekanan darah 2 kali sehari, protenuria 1 kali sehari
b. Tidak perlu obat-obatan
c. Diet biasa
d. Tidak perlu diuretic, kecuali jika terrdapat edema paru, dekompensasi kordis atau gagal ginjal akut
e. Jika tekanan darah diastolic turun sampai normal dapat dipulangkan dengan konseling untuk istirahat dan perhatikan tanda-tanda pre eklampsia berat, control 2 kali seminggu, rawat kembali jika tekanan diastolic naik.
f. Tetap dirawat, jika tidak ada tanda-tanda perbaikan
g. Pertimbangkan terminasi kehamilan, jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat
h. Penanganan sebagai pre eklampsia berat, jika proteinuria meningkat
Kehamilan lebih dari 37 minggu dapat dipertimbangkan untuk dilakukan terminasi, yaitu:
a. Jika serviks matang, lakukan induksi dengan oksitosin 5 IU dalam 500ml dekstrose IV 10 tetes per menit atau dengan prostaglandin, misoprostol atau kateter Foley, atau terminasi dengan seksio sesarea.
2) Pre Eklampsia Berat
Penanganan pre eklampsia berat dan eklampsia sama, kecuali bahwa persalinan harus berlangsung dalam 12 jam setelah timbulnya kejang pada eklampsia.
Penanganan jika terjadi kejang, yaitu:
a. Berikan obat antikonvulsan
b. Lindungi pasien dari kemungkinan trauma
c. Aspirasi mulut dan tenggorokan
d. Baringkan pasien pada sisi kiri, posisi Trendelenburg untuk mengurangi risiko aspirasi
e. Berikan O2 4-6 liter per menit.


B. Kerangka Konsep

Status Reproduksi Komplikasi pada ibu:
- Parietas solusio plasenta,
- Usia perdarahan, kelainan
Riwayat Kesehatan mata, edema paru, fra
- Hipertensi Pre Eklampsia tur, lidah tergigit, kem
- Pre Eklampsia atian.
Defensia Rahim berlebih Komplikasi bayi:
- Mola hidatidosa prematuritas, dismatu
- Kehamilan kembar ritas, kematian janin
Pendidikan intrauterine

Keterangan :
: Area yang diteliti
: Area yang tidak diteliti

Gambar 1.
Kerangka Konsep Faktor Resiko Pre Eklampsia Pada Ibu
Faktor yang mempengaruhi pre eklampsia kehamilaan pada ibu post partum antara lain peritas, usia riwayat hipertensi, riwayat pre eklampsia, mola hidatidosa, kehamilan kembar dan tingkat pendidikan merupakan keadaan yang menjadi resiko tinggi terjadinya pre eklampsia.
BAB III
METODA PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif yaitu penelitian yang digunakan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang faktor risiko yang mempengaruhi kejadian pre eklampsia kehamilan secara objektif (Notoatmojo, 2005). Dalam pengambilan data menggunakan pendekatan retrospektif, yaitu pengambilan data dimulai dari kejadian pre eklampsiakehamilan pada ibu post partum kemudian ditelusuri faktor risiko yang mempengaruhi pre eklampsia kehamilan tersebut.
B. Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan variabel tunggal yaitu faktor risiko yang mempengaruhi pre eklampsia kehamilan pada ibu post partum di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
C. Definisi Operasional
Paritas adalah jumlah kehamilan yang dapat menghasilkan janin yang mampu hidup (umur kehamilan lebih dari satu atau sama dengan 28 minggu), tanpa memperhitungkan jumlah anaknya yang dilihat dalam catatan rekam medik. Kategori pertama, kedua, ketiga, dst dan memakai skala rasio.
Usia adalah lama hidup dalam tahun sejak dilahirkan yang dilihat dalam rekam medik. Kategori dalam waktu dan skala rasio.
Riwayat pre eklampsia adalah kejadian yang pernah atau sedang dialami yang disebabkan langsung oleh kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah lebih dari atau sma dengan 140/90 mmHg dan proteinuria serta kadang disertai edema dan dilihat dari rekam medik status pasien yang berdasarkan diagnosa dokter obsgyn. Kategori ya atau tidak dan memakai skala nominal.
Riwayat hipertensi adalah kejadian yang pernah atau sedang dialami tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih dilihat dari rekam medik. Kategori ada riwayat atau tidak dan memakai skala nominal.
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal dengan ciri sroma villus-villus langka vaskulasisasi dan edematus, vaskulisisasi yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sugugus buah anggur, dilihat dari rekam medik status pasien yang berdasarkan diagnosa dokter obsgyn. Kategori ya atau tidak dengan skala nominal.
Kehamilan kembar adalah jumlah janin yang dikandung lebih dari satu dilihat dari rekam medik status pasien yang berdasarkan diagnosa dokter obsgyn. Kategori ya atau tidak dengan skala nominal.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu post partum dengan pre eklampsia kehamilan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta selama bulan Oktober 2009 sampai September 2010.
2. Sampel
Teknik sampel yang digunakan adalah sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono,2006: 61).
E. Alat dan Metoda Pengumpulan Data
1. Alat Pengumpulan Data
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa format penelitian yang dibuat dalam kolom yang digunakan untuk mempermudah dalam mengkarakteristikkan variabel yang diteliti. Kolom yang tercantum dalam lembar, antara lain : no, no rekam medis, pre eklampsia, paritas, umur, riwayat pre eklampsia, riwayat hipertensi, kehamilan kembar dan mola hidatidosa.
2. Metoda Pengumpulan Data
Data diambil dari catatan medis pasien dan langsung di isikan pada format penilaian. Untuk menjaga kerahasiaan isi dokumen rekam medis, pengumpulan data hanya dilakukan di dalam rekam medis RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dan penulis tidak menuliskan identitas pasien tetapi hanya menulis nomor rekam medis.

F. Metoda Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan secara manual. Data telah terkumpul kemudian diperiksa kelengkapan identitas dan disesuaikan dengan kriteria yang ditentukan yaitu: pre eklampsia, paritas, umur, riwayat pre eklampsia, riwayat hipertensi, kehamilan kembar dan mola hidatidosa. Tahap selanjutnya dilakukan tabulasi dan perhitungan mean dan diprosentasikan untuk disajikan bentuk tabel distribusi.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisa deskriptif yang disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan frekuensi dan variabel yang diteliti sehingga memperoleh gambaran tentang objek penelitian dalam bentuk prosentase dengan rumus :
P =
Keterangan :
P : prosentase hasil
x : jumlah hasil
n : jumlah keseluruhan data

G. Rancangan Penelitian
Secara sistematis pelaksanaan penelitian dibagi dalam 3 (tiga) tahap, yaitu:
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan terdiri dari pemilihan masalah dan perumusan judul, studi pendahuluan, penentuan populasi sampel, dan oenyusunan karya tulis ilmiah.
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan dilakukan pengumpulan data pada ibu postpartum dengan pre eklampsia kehamilan yang didapat dari data rekam medis RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2009-2010.




3. Tahap Penyelesaian
Tahap penyelesaian terdiri dari pengolahan data yang meliputi editing dan tabulating data yang telah terkumpul, analisis data dan penarikan kesimpulan dari hasil analisis data, serta penyususnan karya tulis ilmiah.



















FORMAT PENILAIAN

No NO RM Pre Eklampsia Paritas Umur Riwayat Hipertensi Riwayat Pre Eklampsia Kehamilan Kembar Mola Hidatidosa










DAFTAR PUSTAKA

Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L., Jensen M.D., 2005, Buku Ajar Keperawatan Maternitas edisi 4, EGC, Jakarta.
Cuningham, 2002, Obstetri Williams, edisi 18, 177, EGC, Jakarta.
Cunningham, F.G., Gant, N.F., Levena, K.J., Gilstrap III, L.C., Hauth, J.C., Wenstrom, K.D., 2006, Obstetri Williams, edisi 21, EGC, Jakarta.
Grehenson, Gusti, 2008, Menkes: Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi Jadi Program Prioritas Tahun 2009, www.ugm.ac.id, 22.30 WIB. 25-03-2011
Jusup, S.A., 2008, Stress Pada Wistar Rat Hamil Sebagai Model Penelitian Pre Eklampsia. Nexus Medicus, volume 18, halamn 100.
Karkata, M.K., 2006, Faktor Risiko Terjadinya Hipertensi Dalam Kehamilan, Majalah Obstetri dan Ginekologi Indonesia, edisi Januari 2006.
Manuaba, I Gede Bagus, 2007, Ilmu Penyakit Kebidanan, Kandungan dan Pelayanan KB untuk pendidikan Bidan, AGC, Jakarta.
Notoatmodjo, S, 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
Prawirohardjo, S., Winknjosastro, H., Saifuddin, A.B., Rachimhadhi, T., 2008, Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Saifuddin, A.B., 2006, Kematian Ibu di Indonesia Dapatkah Kita Mencapai Target MDGS 2015, Majalah Obstetri dan Ginekologi Indonesia, volume 30.
Siswihanto, Rukmono, 2007, Manajemen Pre Eklampsia dan Eklampsia, www.ugm.ac.id, 22.30 WIB 25-03-2011.
Sugiyono, 2006, Statistik Untuk Penelitian, CV Alfabeta, Bandung.
Sudhaberata, Ketut, Februari 2001, Profil Penderita Pre Eklampsia-Eklampsia di RSUD Tarakan Kalimantan Timur, www.tempo.co.id, 22.30 WIB 25-03-2011.
Syukri, M., Pranawa, 2000, Gangguan (Sistim) Organ Pada Pre Eklampsia dan Eklampsia, Majalah Ilmu Penyakit Dalam, volume 28.
Wiludjeng, R.L.K., 2005, Gambaran Penyebab Kematian Maternal, www.kalbe.co.id. 22.35 WIB. 25-03-2011.

TIME SCHEDULE PENELITIAN

No Kegiatan Bulan
3 4 5 6 7 8 9 10
1 Penentuan masalah dan judul penelitian
2 Studi pendahuluan
3 Penyusunan bab I proposal penelitian
4 Penyusunan bab II proposal penelitian
5 Penyusunan bab III proposal penelitian
6 Penyusunan instrumen penelitian
7 Penyusunan proposal penelitian lengkap
8 Seminar proposal penelitian
9 Revisi proposal penelitian
10 Uji coba instrumen penelitian
11 Revisi instrumen penelitian
12 Pengurusan ijin penelitian
13 Pengumpulan data
14 Pengolahan dan analisis data
15 Penyusunan laporan hasil dan pembahasan
16 Penyusunan kesimpulan dan saran
17 Penyusunan laporan penelitian lengkap
18 Penyusunan naskah publikasi hasil penelitian
19 Publikasi hasil penelitian

0 komentar:

Posting Komentar

newer post older post