MAKALAH MATA KULIAH ASKEB IV B “ CERVISITIS “



0 komentar
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Askeb IV B
Dosen pengampu : Hikmah Sobri, S. Pd., M. Kes.




Disusun oleh :
Kelompok 4 C1.2
Muharia 090105135
Anita Rahmawati 090105136
Hermia Fithri Lailatul Hidayati 090105137
Arwinda Nur F 090105138



PROGRAM STUDI D III ILMU KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2011



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini kasus penyakit IMS ( Infeksi Menular Seksual ) tertinggi yaitu, infeksi bakteri vaginosis yang mencapai 80%. Sementara, lainnya sebanyak 20% adalah servicitis, condyloma dan HIV/AIDS (menurut sumber: www.wawasandigital.com). Servicitis merupakan penyakit menular seksual yang biasanya disebabkan Chlamidia trachomatis atau Ureaplasma urelyticum (pada laki-laki), tetapi kadang-kadang disebabkan oleh Trikomonas vaginalis atau virus Herpes simplek.
Jika tidak segera ditangani, penyakit ini dapat menjadi lebih parah sehingga sulit dibedakan dengan karsinoma servicitis uteri dalam tingkat permulaan. Oleh sebab sebelum dilakukan pengobatan, perlu pemeriksaan aousan menurut Papanicolaou yang jika perlu diikuti oleh biopsy, untuk kepastian tidak ada karsinoma.
Oleh karena itu, penulis menyusun makalah ini dengan harapan dapat menjelaskan berbagai hal mengenai servicitis sehingga pada akhirnya pembaca dapat mengetahui dan memahami tentang penyakit ini.

B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan di angkat pada makalah ini adalah apa pengertian dari Servicitis dan bagaimana asuhannya

C. Tujuan
Selain demi memenuhi tugas mata kuliah Askeb IV B, makalah ini penulis susun dengan tujuan agar :
1. Mahasiswa dapat mengerti dan menjelaskan tentang definisi servicitis
2. Mahasiswa dapat mengerti tentang patofisiologis servicitis
3. Mahasiswa dapat mengetahui gejala klinis servicitis
4. Mahasiswa dapat mengetahui penegakan diagnose servicitis
5. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan servicitis

D. Manfaat
Sebagai mahasiswa kebidanan, kita memiliki gambaran dan pengetahuan tentang servicitis dan bagaimana asuhannya
































BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Cervicitis ialah radang dari selaput lendir canalis cervicalis. Karena epitel selaput lendir cervicalis hanya terdiri dari satu lapisan sel silindris maka mudah terkena infeksi dibandingkan dengan selaput lendir vagina. (Sarwono, 2008)

Walaupun begitu canalis cervicalis terlindung dari infeksi oleh adanya lendir yang kental yang merupakan barier terhadap kuman-kuman yang ada didalam vagina. Terjadinya cervisitis dipermudah oleh adanya robekan serviks, terutama yang menimbulkan ectropion. (Sarwono, 2008)

B. Patofisiologis
Serviks uteri adalah penghalang penting bagi masuknya kuman-kuman kedalam genetalia interna. Dalam hubungan ini pada seorang nulipara dalam keadaan normal canalis servicalis bebas kuman pada seorang multipara dengan ostium uteri eksternum sudah lebih terbuka, batas ke atas dari daerah bebas kuman ialah ostium uteri internum. (Sarwono, 2008)

Radang pada services uteri bisa terdapat pada portio uteri eksternum dan pada endoservics uteri. (Sarwono, 2008)

C. Gejala klinis
1. Fluor hebat biasanya kental atau purulen dan kadang-kadang berbau.
2. Sering menimbulkan erosio (erythropaki) pada portio, yang nampak sebagai daerah yang merah menyala.
3. Pada pemeriksaan in speculo kadang-kadang dapat dilihat fluor yang purulen keluar dari canalis cervicalis. Kalau portio normal, tidak ada ectroption, maka harus diingat kemungkinan gonorrhoe.
4. Sekunder dapat terjadi kolpitis dan vulvitis.
5. Pada cervicitis yang kronis kadang-kadang dapat dilihat bintik putih dalam daerah selaput lendir yang merah, karena infeksi. Bintik-bintik ini disebut ovula Nabothii dan disebabkan olehretensi kelenjar-kelenjar serviks, kerena saluran keluarnya tertutup oleh pengisutan dari luka serviks atau karena radang.
(Sarwono, 2008)

D. Penyebab
1. Gonorroe, sediaan hapus dari fluor cerviks terutama purulen.
2. Sekunder terhadap kolpitis.
3. Tindakan intra dilatasi dll.
4. Alat-alat atau obat kontrasepsi.
5. Robekan serviks terutama yang menyebabkan ectroption.

E. Pembagian Cervicitis
Cervicitis dibedakan menjadi 2, yaitu :

1. Cervicitis Akut
Cervicities akut dalam pengertian yang lazim ialah infeksi yang diawali di endocerviks dan ditemukan pada gonorrhoe, dan pada infeksi post-abortum atau post-partum yang disebabkan oleh Streptoccocus, Stafilococcus, dan lain-lain. Dalam hal ini, serviks memerah dan bengkak dengan mengeluarkan cairan mukopurulent. Akan tetapi, gejala-gejala pada serviks biasanya tidak seberapa tampak di tengah gejala-gejala lain dari infeksi yang bersangkutan.
Pengobatan dilakukan dalam rangka pengobatan infeksi tersebut. Penyakitnya dapat sembuh tanpa bekas atau menjadi cervicitis kronis.
Cervicitis akut sering terjadi dan dicirikan dengan eritema, pembengkakan, sebukan neutrofil, dan ulserasi epitel fokal. Endocerviks lebih sering terserang dibandingkan ektocerviks.
Cervicitis akut biasanya merupakan infeksi yang ditularkan secara seksual, umumnya oleh Gonoccocus, Chlamydia trachomatis, Candida albicans, Trichomonas vaginalis, dan Herpes simpleks. Agen yang ditularkan secara non-seksual, seperti E. Coli dan Stafilococcus dapat pula diisolasi dari cerviks yang meradang akut, tetapi perannya tidak jelas. Cervicitis akut juga terjadi setelah melahirkan dan pembedahan.
Secara klinis, terdapat secret vagina purulen dan rasa nyeri. Beratnya gejala tidak terkait erat dengan derajat peradangan.



2. Cervicitis Kronis
Penyakit ini dijumpai pada wanita yang pernah melahirkan. Luka-luka kecil atau besar pada serviks karena partus abortus memudahkan masuknya kuman-kuman ke dalam endocerviks dan kelenjar-kelenjarnya, lalu menyebabkan infeksi menahun. Beberapa gambaran patologis dapat ditemukan :
a. Serviks kelihatan normal; hanya pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan infiltrasi leukosit dalam stroma endoserviks. Cervicitis ini tidak menimbulkan gejala, kecuali pengeluaran secret yang agak putih-kuning.
b. Disini pada portio uteri sekitar ostium uteri eksternum tampak daerah kemerah-merahan yang tidak dipisahkan secara jelas dari epitel portio disekitarnya, secret yang ditularkan terdiri atas mucus bercampur nanah.
c. Sobekan pada serviks uteri disini lebih luas dan mukosa endosekviks lebih kelihatan dari luar. Mukosa dalam keadaan demikian mudah kena infeksi dari vagina. Karena radang menahun, serviks bisa menjadi hipertrofis dan mengeras ; secret mukopurulen bertambah pendek. Pada proses penyembuhan, epitel tatah dari bagian vaginal portio uteri dengan tanda-tanda metaplasia mendesak epitel torak, tumbuh kedalam stroma dibawah epitel dan menutup saluran kelenjar-kelenjar, sehingga terjadi kista kecil berisi cairan yang kadang-kadang keruh. Limfosit, sel plasma, dan histiosit terdapat dalam jumlah sedang didalam serviks semua wanita. Oleh karena itu, cervisitis kronis sulit ditentukan secara patologis keberadaan kelainan serviks yang dapat dideteksi seperti granularitas dan penebalan seiring dengan meningkatnya jumlah sel radang kronis didalam specimen biopsy dianggap penting untuk memastikan diagnosis cervisitis kronis.

Cervisitis kronis paling sering terlihat pada ostium eksternal dan canalis endoserviks. Hal tersebut dapat terkait dengan stenosis fibrosa saluran kelenjar, yang menyebabkan kista retensi (nabothian). Bila terdapat folikel limfoid pada pemeriksaan mikroskopik, istilah cervisitis folikular terkadang digunakan
Secara klinis, cervisitis kronis sering kali merupakan temuan kebetulan. Namun, cervisitis tersebut dapat menimbulkan secret vaginal, dan beberapa kasus fibrosis yang terdapat pada canalis endoserviks dapat menyebabkan stenosis, yang menimbulkan inferilitas.

F. Erosio portionis
Pada cervisitis cronika sering terdapat erosio pada permukaan portio sekitar ostium uteri eksternum. Oleh karena rangsangan luar maka epitel gepeng berlapis banyak dari porsio mati dan diganti dengan epitel silindris canalis cervicalis. Jadi sebetulnya tidak terjadi erosion dalam arti yang sebenarnya tapi pseudo-erosio walaupun lazim disebut erosio ( erosio simplex). Erosio ini nampak sebagai tempat yang merah menyala dan mudah berdarah. Jarang terjadi erosio vera dimana tempat itu tidak mempunyai epitel lagi. Orifisium uteri eksternum merupakan batas antara epitel kaanalis cervikalis dan epitel porsio. Batas ini secara fisiologis berpindah – pindah. Sebelum lahir pada janin berumur 8 bulan epitel gepeng berlapis banyak jauh masuk kedalam kanalis cervicalis. Kemudian batas pindah kebawah dan pada neonatus sering terdapat erosion congenital. Dalam masa kanak-kanak batas berpindah lagi keatas dan pada pubertas turun lagi. Pada masa reproduktif batas dapat berpindah karena adanya infeksi (cervicitis, kolpitis) sehingga terjadi erosi. Tempat erosio juga terkenal infeksidan berwarna merah menyala malahan dapat bergranulasi sehingga mudah berdarah dan menimbulkan perdarahan kontak atau metrorrhagia seperti karsinoma portionis. Pada erosio diketemukan ovula nabothii (erosio papillaris)

G. Penatalaksanaan
1. Antibiotika terurama kalau dapat ditemukan gonococus dalam sekret.
2. Kalau cerviks tidak spesifik didapat diobati dalam argentetas netrta 10% atau Albotyl yang menyebabkan dengan epitel slindris dengan harapan bahwa kemudian diganti dan epitel gepeng berlapis banyak.
3. Kauterisasi-radial dengan termokauter, atau dengan krioterapi. Sesudah kauterisasi terjadi nekrosis, jaringan yang meradang terlepas dalam kira-kira 2 minggu dan diganti lambatlaun oleh jaringan yang sehat. Jika radang menahun mencapai endocerviks jauh kedalam kanalis crevikalis, perlu dilakukan konisasi dengan mengangkat sebagian besar mukosa endocerviks. Jika sobekan dan infeksi sangat luas, perlu dilakukan amputasi cerviks.











BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Servicitis adalah radang dari selaput lendir canalis cervicalis. Karena epitel selaput lendir cervicalis hanya terdiri dari satu lapisan sel silindris maka mudah terkena infeksi dibandingkan dengan selaput lendir vagina.
Sebab-sebab servicitis: Gonorroe : sediaan hapus dari fluor cerviks terutama purulen, sekunder terhadap kolpitis, tindakan intra : dilatasi dll, alat-alat atau obat kontrasepsi, robekan serviks terutama yang menyebabkan ectropion.

Servicitis dibagi menjadi 2 yaitu: servicitis akut dan kronis.

B. Saran
1. Sebagai pencegahan terkena penyakit servicitis dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan alat genitalia, dengan cara membasuh genetalia dengan sabun dan air dari satu arah yaitu dari depan kebelakang agar bakteri yang ada di anus tidak masuk pada daerah genetalia.
2. Tidak bergonta-ganti pasangan dalam berhubungan seks















DAFTAR PUSTAKA

Padjajaran,Universitas. 2003. Obstetri Patologi Edisi 2. Jakarta : EGC

Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo.

Wiknjosastro, H. 2006. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo


























ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY. LL USIA 30 TH P2 A0 DENGAN SERVICITIS
DI RS ASYIFA

NO. REGISTER : 00468
HARI MASUK : Kamis
TANGGAL MASUK : 24 Maret 2011
JAM :17.00-selesai

Biodata Ibu Suami
Nama : Ny. LL Tn. MH
Umur : 30 tahun 34 tahun
Agama : Islam Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Jawa/Indonesia
Pendidikan terakhir : S1 S1
Pekerjaan : PNS PNS
Alamat : Bimomartani RT 05/RW 21 Bimomartani RT 05/RW21 Ngemplak Sleman 55584 Ngemplak Sleman 55584

No.Telp/HP : 085740112xxx 085740443xxx

SUBJEKTIF
1. Keluhan utama :
Ibu mengeluh sudah 2 minggu keputihan, gatal-gatal, bau, di celana dalam sering tampak berwarna kuning, nyeri saat berhubungan seksual.
2. Riwayat perkawinan
Ny.LL menikah pada usia 22 tahun dengan Tn. MH usia 23 tahun. Menikah 1 kali dan lama pernikahan sudah 8 tahun.


3. Riwayat menstruasi
Menarche umur 12 tahun. Siklus 28 hari lancar. Lama 5-6 hari. Sifat darah : encer dan bau amis. Disminore : tidak ada. Banyaknya : ganti pembalut 2x.
4. Riwayat Kontrasepsi :
Ny. LL mengatakan bahwa beliau menggunakan alat kontrasepsi berupa pil setelah dan kondon setelah kelahiran anak pertamanya.
5. Riwayat Kesehatan :
a. Penyakit sistemik yang pernah/sedang diderita ibu :
Ny. LL mengatakan bahwa beliau tidak menderita penyakit DM, malaria, kardiovaskuler, penyakit kelamin, alergi, asma dan hipertensi.
b. Penyakit sistemik yang pernah/sedang diderita suami :
Ny. LL mengatakan bahwa suami beliau tidak menderita penyakit DM, malaria, kardiovaskuler, penyakit kelamin, alergi.
c. Penyakit sistemik yang pernah/sedang diderita keluarga :
Ny. LL mengatakan bahwa keluarga beliau tidak menderita menurun genetik.
d. Riwayat keturunan kembar :
Ny. LL mengatakan bahwa beliau memiliki riwayat keluarga kembar.
e. Kebiasaan-kebiasaan
Merokok : tidak
Minum jamu-jamu : tidak
Minum-minuman keras : tidak
Makanan/minuman pantangan : tidak ada
Hewan peliharaan : tidak punya

6. Riwayat ginekologi
Ibu mengatakan bahwa selama ini belum pernah menderita penyakit yang berhubungan dengan kadungan.

7. Pola Nutrisi
Makan Minum
Frekwensi : 3x/hari 8-9 gelas/hari
Jumlah : 1 porsi habis 1600cc
Macam : nasi, sayur, lauk air putih, susu, teh
Keluhan : tidak ada

8. Pola Eliminasi :
BAB BAK
Frekuensi : 1x pada pagi hari 7x/hari
Warna : kuning kuning jernih
Konsistensi : lembek cair
Jumlah : - 1300cc

9. Pola aktivitas
Kegiatan sehari-hari : bekerja di kantor, mencuci baju + piring, merawat anak
Istrahat/tidur : tidur siang 1jam, malam 7 jam
Seksualitas : Frekuensi : 3x seminggu. Keluhan : 1 bulan terakhir sering nyeri saat berhubungan.

10. Personal hygiene
Kebiasaan mandi : 2 kali/hari
Kebiasaan membersihkan alat kelamin : ya
Kebiasaan mengganti baju : 2 kali/hari
Kebiasaan mangganti pakaian dalam : 2 kali/hari
Jenis pakaian dalam yang digunakan : kain catton

11. Keadaan psiko social spiritual
a. Ibu mengatakan sangat takut dan khawatir atas penyakit yang sedang dialaminya.
b. Suami dan keluarga sangat mendukung ibu untuk berobat.
c. Ketaatan ibu dalam beribadah
Ny. LL mengatakan bahwa beliau cukup taat beribadah dan melaksanakan sholat 5 waktu.
d. Interaksi dengan lingkungan sekitar
Ny. LL mengatakan bahwa selama ini beliau tinggal hanya bersama suami dalam satu rumah. Beliau mengikuti pengajian rutin serta arisan, baik di kantor maupun di lingkungan rumah.


OBJEKTIF
1. Pemeriksaan fisik :

a. Keaadaan umum: ibu nampak gelisah kesadaran umum : compos mentis
b. Tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 85 kali per menit
Pernafasan : 20 kali per menit
Suhu : 37 derajat celcius
c. TB : 158 cm
BB : 48 kg
d. Kepala dan leher :
Rambut bersih. Ibu tidak memiliki odema wajah. Pada bagian mata, conjungtiva merah dan sclera putih. Pada mulut tidak tertdapat stomatitis, bibir tidak kering dan gigi tidak caries. Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, dan vena jugularis pada leher ibu.
e. Payudara
Bentuk payudara ibu simetris. Putting menonjol.
f. Abdomen
Pada abdomen tidak terdapat bekas operasi.
g. Ekstermitas
Odema : tidak ada odema
Varises : -
Kuku : pendek bersih
h. Punggung : Ibu tidak merasakan nyeri pada saat ketuk ginjal.
i. Genitalia luar
Varices : tidak ada
Bekas luka : tidak ada
Kelenjar Bartholini : tidak membesar
Pengeluaran : keluar lendir berwarna putih kekuningan
j. Anus
Hemoroid : tidak ada

2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Menggunakan Spekulum (Inspekulo) : Portio tampak merah menyala.
Pap smear : hasil radang pada daerah cervik

ASSESSMENT
Ny. LL usia 30 th P2 A0 dengan servicitis

PLANNING
1. Memberitahu pasien hasil pemeriksaan bahwa beliau terkena Servicitis (radang pada servik) dan menjelaskan penyebab-penyababnya. Penyebab-penyebab servisitis antara lain : Gonorroe, tindakan intra dilatasi, alat-alat atau obat kontrasepsi, robekan serviks terutama yang menyebabkan ectropion.
Ibu mengerti
2. Memberikan dukungan kepada ibu agar ibu tidak perlu terlalu khawatir, terus berdoa dan yakin bahwa penyakitnya ini dapat disembuhkan.
Ibu mengerti dan mulai merasa lebih tenang.
3. Memberitahukan pada ibu bahwa ada dokter spesialis yang dapat menangani kasus-kasus seperti ini, banyak orang yang mengalami seprti ini dan dapat disembuhkan.
Ibu merasa tidak khawatir lagi.
4. Memberitahukann ibu hal-hal yang harus dilakukan seperti tidak boleh melakukan hubungan intim dahulu dan menjaga kebersihan daerah genitalia.
Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.
5. Melaksanakan pengobatan erosi portio dengan menggunakan albothyle saat pemeriksaan speculum.
Sudah dilakukan.
6. Kolaborasi dengan dokter yaitu pemberian antibiotik amoxilin 500 mg selama 5 hari.
Sudah dilakukan. Ibu bersedia minum obat.
7. Menjadwalkan kunjungan ulang. Meminta ibu kembali berkunjung 5 hari lagi atau apabila ada keluhan.
Ibu bersedia.

Bidan

Mawar

0 komentar:

Posting Komentar

newer post older post